BELAJAR MENGGAMBAR (KEMBALI)

Akhirnya, pada hari Sabtu tanggal 6 Januari 2018, saya bisa memulai kembali kegemaran saya dalam menggambar. Ya, kegemaran yang sirna sejak tahun 1997 alias 21 tahun yang lalu. Ada banyak sebabnya kenapa saya bisa memulainya kembali setelah sekian lama keinginan itu menyala-nyala dalam dada. Salah satu yang paling berpengaruh adalah pertemanan saya dengan seorang pelukis sketsa dari Yunani, Ekaterina Assemblage, via Instagram. Saya mencoba menjalin kontak, bahkan meminta salah satu gambarnya untuk saya jadikan sampul buku saya kelak (padahal, bukunya baru ada dalam pikiran). Dia menjawab dan mempersilakan. Lebih dari itu, dia meminta email saya untuk mengirimkan gambar yang saya inginkan dalam kapasitas yang lebih besar. Saya pun mendapatkan gambar itu. Sebuah sketsa berwarna yang menampilkan pemandangan kota di Eropa dengan sebuah tren  e sebagai central point (saya taksir Lisabon, Portugal).

Gambar yang saya minta dari Ekaterina

Sejak itu, saya selalu memberi tanda ❤ pada setiap postingannya (yang pasti berisi gambar sketsa hasil karyanya; emang IG orang Indonesia yang isinya rata-rata, kalau bukan makanan, tampangnya sendiri? kih kih kih). Saya juga jadi doyan mencari dan mengintip akun-akun IG para sketcher lain. Maka, keinginan saya untuk menggambar pun semakin menyala-nyala.

Demikianlah, pada hari Sabtu tanggal 6 Januari 2018, bertepatan dengan acara Musyawarah Kerja Nasional Badan Pengurus Pusat Forum Lingkar Pena (Mukernas BPP FLP), di Ragunan, Jakarta, saya mulai menggambar. Memang sudah saya niatkan sejak dari Bandung. Saya bawa pensil dan buku sketsa. Tadinya, saya mau membuat gambar secara kronologis dan spasial; dari sebelum masuk --> menggambar gedung dari arah luar, hingga di dalam saat acara musyawarah). Namun karena terlalu lelah dan demi sopan santun, saya tentu harus menyapa kawan-kawan BPP FLP yang datang dari berbagai provinsi, sehingga aksi menggambar saya tunda.

Gambar pertama saya: suasana Mukernas BPP FLP

Saya baru bisa beraksi ketika acara musyawarah sedang berlangsung. Sembari mendengarkan pemaparan dari dua anggota Dewan Pertimbangan (DP) FLP, Kang Irfan Hidayatullah dan Mbak Rahmadiyanti serta dimoderasi oleh Mbak Afifah Afra sang Ketum, saya mulai melihat-lihat suasana, pelbagai benda yang ada di ruangan, serta membayangkan garis-garis perspektif yang akan saya guratkan di atas kertas. Karena sudah lama tidak berlatih, saya banyak membuat garis yang bengkok dan salah arah. tapi saya terlalu asyik untuk merasa putus asa. Maka, saya beraksi terus. Saya menggambar terus. Menciptakan objek demi objek, mengubah objek-objek yang menurut saya salah, dan menebalkan garis-garis objek yang jadi central point. Dan akhirnya selesailah gambar saya.

Setelah itu, saya foto dan saya bagikan di grup WA BPP FLP. Ada yang memuji dan terkaget-kaget kalau saya bisa menggambar. Berarti, selama saya menggambar, tak ada satu pun memerhatikan, hihihi.

Ada semacam rasa puas. Saya berhasil memanggil kembali minat dan ketertarikan saya yang 21 tahun ini sirna. Ada juga semacam rasa sesal, kenapa saya dulu berhenti. Dan jika saya perhatikan, kualitas gambar yang baru saya buat ini lebih rendah dari gambar-gambar yang 21 tahun lalu saya buat, terutama ketika saya sedang belajar di Villa Merah, bimbel khusus seni rupa. Seandainya jika saya tak perlu trauma menggambar akibat tidak lulus di Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB, mungkin sekarang saya sudah lihai dalam gambar sketsa. Begitulah, jika tidak dilatih, kemahiran tidak akan tumbuh berkembang. Masih untung ia tidak mati sama sekali. Maka, sejak hari Sabtu tanggal 6 Januari 2018 itu, saya bertekad merawat dan memupuk kemahiran saya yang satu ini.

Demikianlah, keesokan harinya,hari Ahad tanggal 7 Januari 2018, pagi-pagi sekali saya keluar kamar, lalu duduk di atas trotoar yang menghadap gedung, Gedung Graha Wisata Ragunan, tepatnya. Saya pun kembali menggambar. Dan kali ini lebih sulit karena objeknya berupa sesuatu yang besar, terstruktur, dan luar ruangan; berbeda dengan sehari sebelumnya yang space objeknya lebih sempit. Tapi begitulah kalau sudah minat, makin sulit, makin mengasyikan. Lagipula, saya memang menyukai kerumitan.

Gambar kedua saya: gedung Graha Wisata Ragunan

Terima kasih Ekaterina. 

n.b. Berbarengan dengan itu, secara resmi, saya pun diberi amanat sebagai staf Divisi Litbang BPP FLP yang mengurus Jurnal Literasi Islam. Semoga...

Pemberian SK Penetapan BPP FLP oleh Mbak Afifah Afra
   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ULASAN FILM "THE SHAPE OF WATER"

RESENSI BUKU: DALAM DEKAPAN UKHUWAH

RESENSI MELEPAS DAHAGA DENGAN CAWAN TUA DI KORAN GALAMEDIA