KUNJUNGAN KE MUSEUM BENTENG HERITAGE, TANGERANG

MUSEUM MUNGIL DI TENGAH PASAR


Museum ini terletak di dalam pasar, tertutup terpal-terpal dan pelbagai barang. Namun, di sinilah tempat paling tepat bagi kita untuk mengetahui sejarah Kota Tangerang. Bangunan museum ini merupakan rumah milik sebuah kongsi (organisasi) Tionghoa yang berdiri sejak abad ke-17. Terdiri atas 3 lantai dengan nyaris seluruh material dan perabotannya masih asli (hanya beberapa ornamen saja yang merupakan tambahan). Setiap lantai terdiri atas dua ruangan, setiap ruangan terdiri atas beberapa bagian, dan dalam setiap bagian terdapat benda-benda peninggalan mereka, mulai dari sempoa, timbangan, buku, pakaian, alat musik, perlengkapan peribadatan, meja permainan mahyong, hingga alat pengisap candu.

Prasasti Peresmian Museum Benteng Hertitage

Meski terbilang kecil untuk gedung museum sejarah kota, alur sejarah keberadaan kaum Tionghoa Peranakan di Tangerang terbilang komprehensif. Masuk ke sini, Anda dikenakan biaya retribusinya Rp25.000 termasuk biaya guide. Ya, guide inilah yang menjelaskan secara rinci, efektif, dan menyenangkan setiap ruang, bagian ruang, serta perabotan yang ada di situ. Salah satu peraturan yang ditekankan pada para pengunjung adalah tidak boleh memotret ketika berada di bagian dalam museum.

Di bagian beranda/loket, sang guide sedang memberikan arahan kepada pengunjung sebelum memasuki bagian dalam museum. Bagian dinding tampak dipenuhi berbagai lukisan, papan nama, dan pajangan-pajangan lainnya.

Bagi saya yang berminat pada sastra, saya amat tertarik pada buku-buku sastra klasik Tiongkok yang ternyata merupakan sumbangan dari salah seorang keturunan penulis cerita silat terkenal Asmaraman Kho Ping Ho. Dan ternyata, rumah keturunan Kho Ping Ho tak jauh dari situ. Sayang, saya lupa namanya.

Tambahan lagi, bagi Anda yang mempertanyakan apa sumbangsih orang Tionghoa bagi pribumi, dalam hal ini bagi masyarakat Sunda Banten, salah satunya terdapat pada prasasti Tangga Djamban yang menyatakan kesediaan kaum Tionghoa untuk membantu pembangunan Kota bagi masyarakat pribumi. Dalam prasasti tersebut tertulis nama-nama keluarga Tionghoa kaya raya yang akan menjadi donatur.

Tanpa bantuan formal itu pun, keberadaan orang-orang Tionghoa di wilayah Banten sangat menunjang perekonomian masyarakat Banten. Oleh sebab itu, yang pertama kali dilakukan orang-orang Belanda untuk menghancurkan kesultanan Banten adalah dengan cara memindahkan orang-orang Tionghoa dari wilayah Banten ke wilayah Batavia; melemahkan perekonomiannya. Banyak lagi benda-benda yang mengandung kisah tersendiri, yang unik, yang kaya, yang menggambarkan bagaimana perikehidupan manusia Tionghoa, baik secara pribadi maupun sosial berikut pengaruh dan sumbangsihnya bagi bangsa ini.

Mari kita terus belajar sejarah, biar pikiran dan perasaan jadi cerah, biar takmudah melontarkan fitnah dan sumpah serapah.

#museum #museumbentengheritage # kotatua #kotatangerang #tionghoaperanakan

www.bentengheritage.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ULASAN FILM "THE SHAPE OF WATER"

RESENSI BUKU: DALAM DEKAPAN UKHUWAH

RESENSI MELEPAS DAHAGA DENGAN CAWAN TUA DI KORAN GALAMEDIA