ULASAN FILM: A GHOST STORY (BEBERAPA SPOILER)

Hantu yang Menakutkan Menyedihkan


https://assets-a1.kompasiana.com


Pada dasarnya, saya tidak alergi pada film bertema apa pun, asalkan penggarapannya apik dan menampilkan sekaligus menawarkan sesuatu yang baru, yang unik. Termasuk film tentang hantu. Film hantu amat identik dengan film horror, film yang menegangkan, bikin takut dan terkejut, tapi bikin ketagihan, “ngeri-ngeri sedap” dalam istilah kekinian. Film hantu seperti inilah yang tidak saya sukai, yang cuma mengeksplorasi rasa tegang dan ngeri tapi miskin refleksi.

Di antara sekian amat banyaknya film hantu, saya gembira pernah ada film hantu yang lain dari yang lain. The Other (2001), judulnya. Nicole Kidman, bintangnya. Memang horror, penuh ketegangan, tapi sudut pandangnya amat berbeda. Kejutan yang muncul di bagian akhir cerita pun sungguh dahsyat, bikin saya berseru, "Kok bisa gitu, ya?". Sebelum The Other, ada film hantu yang sama sekali tidak menakutkan, romantis malah. Ghost (1990), judulnya. Demy Moore, bintangnya. Di tahun yang sama dengan Ghost, sutradara kenamaan Jepang, Akira Kurosawa, juga merilis film Akira Kurosawa's Dreams, semacam album yang berisi 8 film pendek; beberapa film di antaranya berkisah tentang hantu.

Salah satu kebahagiaan saya di akhir tahun 2017 adalah bisa mendapati film hantu lain selain yang tiga di atas. Meski tidak dibintangi aktor-aktris tenar, film ini sangat menakjubkan. Sepanjang film, saya menontonnya—perkenankan saya sedikit berlebay ria—nyaris takberkedip, apalagi beranjak, kecuali kebelet pipis. A Ghost Story, judulnya. Menyedihkan, ceritanya.

Alkisah, sepasang suami (Cassey Affleck) dan istri (Rooney Mara) muda hidup bahagia. Mereka menempati rumah baru berhalaman luas. Sepanjang hari, mereka bermesraan, sembari mengobrol tentang novel, musik, dan puisi, juga tentang kebiasaan sang istri yang sering berpindah rumah dan menuliskan semacam memoar singkat di secarik kertas, lalu menyimpannya di bagian rumah yang musykil ditemukan orang, rumah yang akan ditinggalkannya. Ketika ditanya sang suami, “Untuk apa?”, sang istri menjawab, “Agar jika suatu saat aku kembali ke rumah itu, akan ada sebagian kecil diriku yang menunggu.” Seeeeeeeh, prikitiewwww!  

Dikisahkan, sang suami meninggal akibat kecelakaan mobil (tanpa adegan kecelakaan, langsung saja adegan pasca-kecelakaan: sang suami duduk terkulai di belakang stir, mata terpejam, kepala berdarah, dengan foreground kaca mobil retak dan pecah). Adegan berikutnya di rumah sakit, tepatnya di kamar mayat. Sang istri memandangi wajah beku sang suami, lalu menutupnya kembali dengan sprai putih. Sang istri pergi. Lama kamera menampilkan gambar ruangan kamar mayat (dari arah luar ruangan) dengan central point mayat si suami yang terbujur di atas ranjang diselubungi sprai putih.

Jreeeeeng!

Tiba-tiba mayat itu bangkit, duduk sambil celingukan, dengan sprai putih tetap menyelubungi sekujur badannya. Ia lalu berjalan di sepanjang lorong rumah sakit. Berjalan biasa, tidak melayang, juga tidak menembus dinding atau benda-benda lain. Melewati dan berpapasan dengan segala orang di sana: dokter, suster, dan resepsionis (semuanya lempeng, tak ada yang memerhatikannya. Dan memang tak ada yang bisa melihatnya. Iyalah, namanya juga hantu). Dia berhenti di depan seorang lelaki renta yang duduk terpejam di atas kursi roda. Cukup lama. Namun, mata si renta tak juga terbuka.
Dia terus berjalan, berkelok-kelok melewati lorong demi lorong rumah sakit. Lalu berjalan di atas padang rumput. Dan akhirnya sampailah di rumahnya. 

https://cdn1.thr.com


Ia berkeliling rumahnya, memerhatikan segala ruangan dan perabotan. Lalu dilihatnya seorang wanita pirang memasuki rumahnya. Tak lama, ia keluar lagi. Lalu masuklah wanita lain, istrinya. Ia memerhatikan segala gerak-gerik istrinya. Makan dengan rakus dan tergesa-gesa dan dengan gerakan yang kasar, duduk lama sambil mendekap selimut, berbaring di kasur sambil menangis, hingga mendengarkan lagu yang diciptakan dan dinyanyikan sendiri oleh sang suami. Dan akhirnya, pada hari atau minggu atau bulan atau tahun kesekian, sang hantu harus melihat sang istri berpeluk cium dengan seorang lelaki lain di pintu rumahnya. Beuuuuhhhh!

Demikianlah, hingga istrinya berpindah rumah dan menyelipkan kertas kecil pada salah satu bingkai pintu. Rumah kosong. Ia tetap menempatinya. Kerjaannya menggosok-gosok cat pada salah satu bingkai pintu. Mencari-cari lipatan kecil kertas yang diselipkan si istri. Berkeliling ke sana ke mari, sesekali berdiri di depan jendela, memerhatikan halaman dan segala yang lewat. Ketika sedang berdiri di jendela bagian samping rumah dan mengamati jendela rumah sebelah, dilihatnya hantu lain, juga sedang memandangi dirinya. Si hantu tetangga mengangkat tangan sebagai isyarat “halo”. Si hantu kita membalasnya. Lama mereka bersipandang, mungkin sedang menjalin komunikasi (gak tahu ding, Tanya aja sendiri, hihihi). Setelah di-zoom, ternyata sang hantu tetangga mengenakan kain sprai putih bermotif, tidak putih polos seperti hantu kita.

https://nzbmovieseeker.com


Lalu tibalah penghuni lain. Seorang ibu dengan dua anak kecil, tanpa suami. Sang hantu tidak rela. Ditakut-takutinya seisi rumah, biar tidak betah. Mereka pun pergi. Lalu datang penghuni lain. Dan akhirnya ia sampai pada waktu di mana rumah sudah lama takberpenghuni. Tak terawat. Cat mengelupas, tiang condong, kaca pecah, sampah berserak di seegala arah. Sampai akhirnya… jgeeeerrr, buldoser meratakan rumah dengan tanah. Sang hantu pun cuma bisa berdiri di atas reruntuhan.

Berlalulah waktu. Di bekas rumahnya, kini berdiri pusat perkantoran mahamegah. Ia berjalan dari lorong ke lorong, lantai ke lantai, hingga tiba di lantai teratas. Dipandanginya pemandangan malam. Kawasan  tempatnya dulu tinggal kini telah menjelma kota metropolitan yang dipadati gedung-gedung tinggi menjulang, dengan lampu-lampu berkelap-kelip cemerlang.  Ia lalu menjatuhkan diri. Sampailah ia di suatu siang hari, di atas padang rumput yang luas, dengan beberapa pohon rimbun di dekatnya. Dilihatnya seorang lelaki bertopi koboi sedang memasang patok. Ia sedang berada di atas tanah tempatnya rumahnya, tapi berabad lalu!

https://giphy-facebook_s

https://wpengine.netdna-ssl.com


Cukup sampai di sini, takperlu saya ceritakan semua. Kawan harus menontonnya sendiri. Percayalah, masih banyak kejutan lain yang akan bikin kita penasaran terkaget-kaget.

Saya sendiri sempat termenung-menung ibarat gunung pas sudah selesai nonton film ini. Saya membayangkan diri saya jadi si hantu, “Seperti inikah rasanya hidup abadi?” Kesepian, kehilangan, dan kesedihan pun abadi. Dan itu terus berulang-ulang. Alangkah menyedihkan dan mengerikan!


Ya, seperti saya sebut di atas, inilah film hantu yang lain, yang unik. Tidak hanya anti-mainstream, tapi lebih dari itu, film yang merangsang kita untuk melakukan refleksi (Kiiita? Ya saya aja kali. Hehehe). Tidak heran juga jika film yang disutradarai David Lowery ini mendapatkan beberapa penghargaan dari ajang festival bergengsi, seperti Sundance, Deauville, dan Fantasia.  

Terakhir dari saya, jika suatu saat kawan mendengar suara-suara aneh di rumah kawan, dan kawan yakin bahwa itu hantu, janganlah merasa takut dahulu, sebab siapa tahu itu hantu kita sendiri. Kok bisa? Selamat menonton.       


#ulasanfilm #moviereview #aghoststory #theother #ghost #filmhantu #demymoore #nicolekidman #davidlowery #caseyaffleck #rooneymara #sundancefilmfestival #deauvillefilmfestival #fantasiafilmfestival #akirakurosawa #dreams



Komentar

Postingan populer dari blog ini

ULASAN FILM "THE SHAPE OF WATER"

RESENSI BUKU: DALAM DEKAPAN UKHUWAH

RESENSI MELEPAS DAHAGA DENGAN CAWAN TUA DI KORAN GALAMEDIA